Isu negosiasi tarif Trump antara Indonesia dan Amerika Serikat (AS) mengalami kendala serius. Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto mengungkap bahwa perundingan perdagangan yang dilakukan secara daring terpaksa terhenti karena adanya shutdown pemerintahan AS sejak awal Oktober 2025.
“Tim negosiasi kita sudah berunding melalui zoom. Namun dengan adanya shutdown di Amerika, otomatis proses juga ikut berhenti. Jadi sementara negosiasi tarif Trump terhenti,” ujar Airlangga di Jakarta, Selasa (7/10).
Dampak ke Kesepakatan dan Negosiasi Tarif Trump
Salah satu agenda utama dalam negosiasi tarif Trump adalah pembahasan pembebasan atau pengurangan tarif 19% untuk sejumlah produk ekspor Indonesia, termasuk sawit. Menurut Airlangga, klausul ini sebenarnya sudah masuk dalam draf kesepakatan, namun masih terkendala proses legal scrubbing atau pemeriksaan detail hukum.
“Exemption tariff kita sudah ada, tapi masalahnya kini lebih pada aspek legal yang detail. Dokumen akhirnya akan lebih rinci dari apa yang diumumkan sebelumnya,” jelasnya.
Airlangga mengaku masih menjalin komunikasi dengan kantor perwakilan dagang AS (USTR) untuk menentukan langkah lanjutan. Namun, belum ada kepastian kapan perundingan bisa kembali dilanjutkan. Kondisi politik dan anggaran di AS membuat proses negosiasi rentan molor.
Sebagai catatan, shutdown pemerintah AS terjadi akibat kegagalan Kongres menyepakati anggaran baru. Ribuan pegawai federal dirumahkan tanpa gaji, sementara sejumlah layanan publik non-esensial terpaksa berhenti beroperasi.
Mandeknya negosiasi tarif Trump menjadi bukti betapa eratnya hubungan ekonomi internasional dengan kondisi politik domestik suatu negara. Indonesia kini menunggu kepastian dari Washington, seraya menyiapkan strategi agar ekspor nasional tetap kompetitif di tengah ketidakpastian global.
Demikian informasi seputar negosiasi tarif Trump. Untuk berita ekonomi, bisnis dan investasi terkini lainnya hanya di Biserje.Com.