Di era sekarang ini semua pekerjaan banyak yang tergantikan oleh komputer yang memiliki kecerdasan buatan. Bagaimana dampaknya?
Artificial Intelligence atau yang sering disingkat AI dan machine learning (ML) kini keberadaannya menjadi sorotan global. Teknologi yang pada beberapa dekade lalu merupakan mimpi, kini sudah ada di masyarakat. Sebagai contoh kecerdasan buatan dalam bidang teknologi informasi di antaranya kendaraan tanpa awak, robot pemain catur, dan “Pepper Robot” yang dapat melakukan analisis emosional yang sangat kompleks.
Secara singkat pengertian kecerdasan buatan atau AI adalah sebuath sistem yang memiliki data besar, dan dibutuhkan sebuah komputer dengan kecepatan analisa yang sangat cepat. Di masa sekarang sudah sangat mungkin hal tersebut terjadi. Lantas apakah AI dapat menggantikan manusia?
Apakah AI yang menyerupai kecerdasan manusia adalah tahapan selanjutnya dari evolusi?
Pada prinsipnya, AI dan ML sangat sederhana yaitu didasari oleh sebuah analisis data, identifikasi pola, memprediksi informasi, dan melakukan validasi terus-menerus. Proses terakhir akan dilakukan terus agar dicapai akurasi dan kecepatan prediksi pada sesi berikutnya. AI adalah sebuah algoritma kecerdasan buatan yang bekerja layaknya manusia.
Perkembangan komputasi yang makin cepat, maka akan menghasilkan sekumpulan data yang lebih besar (big data). Hal tersebut juga diimbangi dengan efisiensi algoritma yang terus meningkat. Sehingga hal tersebut membuat komputer dapat melakukan peningkatan kemampuan sistem untuk belajar dan memprediksi. Itulah jawaban, mengenai bagaimana AI dapat meniru kecerdasan manusia, atau bahkan mengalahkannya!
Perusahaan-perusahaan global kini sudah menerapkan teknologi AI dan ML, juga berbagai teknologi yang sedang berkembang lainnya (seperti data cloud, personalisasi, ilmu saraf, dan robotika). Contoh paling dekat dapat kita lihat pada inovator fesyen Indonesia Sale Stock, sebuah perusahaan e-commerce yang menerapkan teknologi terbaru AI untuk menggali dan menganalisis data dari setiap perilaku pelanggan mereka. Tentu hal tersebut berada di luar kemampuan manusia. Sale Stock adalah contoh perusahaan yang melakukan identifikasi konsumen yang dapat mengoptimalkan biaya ke tingkat yang lebih murah dibandingkan e-commerce lainnya.
Tidak hanya di bidang e-commerce, Rumah Sakit Internasional Bumrungrad di Thailand juga telah mengoperasikan IBM Watson, yang merupakan sebuah alat basis AI untuk pengobatan penyakit kanker. Hal yang mirip dilakukan di Rumah Sakit Rejavithi, di mana AI digunakan menganalisis hasil pemeriksaan mata pasien untuk mengetahui risiko kehilangan penglihatan mereka. AI dapat membantu menginformasikan keputusan tentang pengobatan dan pencegahannya dengan tingkat akurasi hingga 95 persen. Angka tersebut 11 poin lebih tinggi dibandingkan seorang dokter mata.
Di Vietnam seorang pengembang tanaman bernama Sero meminta para petani padi mengambil gambar tanaman yang terkena penyakit untuk kemudian mengunggahnya secara online. Program AI kemudian akan menganalisis foto dan mengidentifikasi penyakit tanaman padi yang memiliki tingkat akurasi sangat tinggi. Kemudian sistem akan mengirimkan diagnosis penyakit tanaman tersebut langsung pada aplikasi smartphone petani.
Berdasarkan ulasan di atas pengertian artifisial intelegensi semakin mendekatkan kita pada masa robotik. Apakah manusia akan punah dan tergantikan oleh komputer?