Menteri Investasi/Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM), Rosan Roeslani mengungkapkan alasan di balik keputusan investasi Tesla tidak berinvestasi di Indonesia. Dalam rapat kerja dengan Komisi VI DPR RI pada Selasa (3/9), Rosan menyatakan bahwa visi Tesla yang mengutamakan penggunaan energi bersih menjadi faktor utama yang membuat perusahaan kendaraan listrik tersebut mengalihkan investasinya ke negara lain.
Rosan menjelaskan bahwa sebagai produsen kendaraan listrik terkemuka, Tesla sangat memperhatikan sumber energi yang digunakan di kawasan industri tempat mereka beroperasi.
“Kebetulan saya terlibat langsung dalam pembicaraan dengan Tesla. Salah satu alasan mereka tidak berinvestasi di Indonesia adalah karena mereka menekankan pentingnya penggunaan energi bersih,” ujarnya.
Saat ini, Indonesia masih bergantung pada energi fosil, terutama batu bara, untuk memenuhi kebutuhan energi di kawasan industri. Ketergantungan ini tidak sejalan dengan visi investasi Tesla yang mengedepankan keberlanjutan dan penggunaan energi terbarukan.
“Jika mereka masuk ke kawasan industri di Indonesia, tetapi energinya masih berasal dari bahan bakar fosil seperti batu bara, itu tidak sesuai dengan visi Tesla,” jelas Rosan.
Rosan menekankan bahwa di masa depan, Indonesia perlu berbenah untuk mengatasi tantangan ini agar dapat bersaing dengan negara-negara lain dalam menarik investasi Tesla yang berorientasi pada keberlanjutan lingkungan.
Sebagai perbandingan, Rosan mencatat bahwa Vietnam telah mengambil langkah maju dengan menggenjot penggunaan energi bersih di kawasan industrinya.
Saat ini, lebih dari 62 persen energi yang digunakan di kawasan industri Vietnam berasal dari sumber energi terbarukan seperti tenaga hidro, surya, dan angin. Hal ini merupakan tanggapan terhadap permintaan global yang semakin tinggi terhadap investasi yang ramah lingkungan.
Rosan menilai bahwa Indonesia harus menyesuaikan diri dengan tren global ini untuk tetap kompetitif. “Vietnam telah berhasil mengalihkan lebih dari 62 persen energinya ke energi bersih, dan ini menjadi daya tarik tersendiri bagi investor global,” tuturnya.
Selain itu, Rosan juga menyoroti bahwa ketegangan geopolitik antara Amerika Serikat dan China telah membuka peluang bagi Indonesia untuk menarik investasi. Namun, Indonesia belum menjadi penerima manfaat terbesar dari perpindahan investor ini, dengan negara-negara seperti Vietnam, Malaysia, dan Thailand yang lebih banyak menikmati keuntungan.
Untuk meningkatkan daya tarik investasi, Indonesia perlu terus memperbaiki berbagai aspek, termasuk kemudahan berusaha, perizinan, serta kepastian hukum. “Rule of law yang kuat menjadi salah satu pekerjaan rumah kita untuk meningkatkan daya saing dalam menarik investasi internasional,” tambahnya.
Demikian informasi seputar alasan investasi Tesla tidak masuk ke Indonesia. Untuk berita ekonomi, bisnis dan investasi terkini lainnya hanya di Biserje.Com.