Ungkapan Prabowo yang menyatakan Indonenesia mengalami deindustrialisasi menuai polemik. Deindustrialisasi, benar atau hoax?
Mantan Danjen Kopassus Prabowo Subianto, pada sesi debat capres menyebukan jika Indonesia mengalami deindustrialisasi. Tanggapan Prabowo tersebut kemudian menuai kontroversi. Menurut berbagai pakar ekonomi, apa yang diungkapkan oleh Pentolan Partai Gerindra itu tidaklah tepat. Lalu apakah benar perkataan Prabowo Subiano, jika Indonesia mengalami deindustrialisasi?
Komentar Prabowo Mengenai Deindustrialisasi Melahirkan Komentar-Komentar Lainnya
Tanggapan terhadap komentar Prabowo tersebut dimulai dari Wakil Presiden Jusuf Kalla (JK) yang mengatakan jika industri bergerak positif perkembangannya, yang ditandai dengan besarnya kontribusi industri manufaktur terhadap pendapatan nasional. Selain JK, Menteri Perindustrian Airlangga Hartato juga menyinggung masalah nilai kontribusi industri terhadap pendapatan nasional. Terakhir adalah Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Darmin Nasution yang juga kompak menolak anggapan deindustrialisasi di Indonesia.
1.Jusuf Kalla
Deindustrialisasi mulai mencuat ketika Mantan Danjen
Kopassus Prabowo Subianto mengungkapkan jika Indonesia mengalami
deindustrialisasi. Lantas JK menepis anggapan tersebut, menurutnya industri
Indonesia masih kuat menggenjot perekonomian negara.
“Beberapa hari ini dikatakan di Indonesia deindustrialisasi, padahal
berdasarkan data tidak benar,” tegas JK saat memberikan sambutan pada
acara Indonesia Industrial Summit 2019, di ICE BSD, dilansir dari Liputan6
Senin (15/4/2019).
JK berpendapat jika industri menjadi sektor tertinggi pendapatan nasional, dan
dia menyebutkan jika industri bertumbuh sebesar 21,3% sejak 2014. JK juga
menegaskan bahwa berdasarkan data tersebut, deindustrialisasi tidak terjadi.
Karena, dia menilai industri justru terus berkembang.
2.Airlangga Hartato
Kemudian Menteri Perindustrian Airlangga Hartato juga menepis
anggapan bahwa Indonesia mengalami deindustrialisasi yang dilontarkan oleh
Pentolan Partai Gerindra terebut.
Airlangga mengungkapkan jika pertumbuhan kontribusi industri terhadap
pendapatan nasional dinilai cukup tinggi. Airlangga mengatakan jika kontribusi
industri terhadap pendapatan nasional tidak dapat lagi dibandingkan dengan
tahun 1998, karena masa itu pendapatan nasional masih tergolong kecil.
Kondisi Indonesia masa sekarang dengan pendapatan negara yang makin besar dan pertumbuhan
kontribusi industri yang berada di bawah 30% terhadap pendapatan, menurut
Airlangga sudah termasuk tinggi nilainya. Menurutnya, tidak ada lagi negara
dengan pertumbunan kontribusi industri terhadap pendapatan nasional sebesar
30%. Airlangga juga menyimpulkan jika kini suatu negara disebut negara industri
jika kontribusi industrinya sebesar 16,5% dari pendapatan nasional.
3.Darmin Nasution
Tanggapan Prabowo tentang kondisi perekonomian Indonesia juga dibantah oleh Menteri
Koordinator Bidang Perekonomian Darmin Nasution. Darmin juga menerangkan jika kini
industri jasa mulai dari sektor pariwisata hingga ekonomi digital juga harus
diperhatikan. Meski industri jasa tidak berpengaruh pada angka kontribusi
manufaktur terhadap pendapatan nasional.
Darmin menilai tentang cara penilaian majunya industri suatu negara yang hanya
melihat perkembangan manufakturnya saja, adalah ketinggalan zaman. Darmin
menyebutkan hal itu hanya pakem dunia di masa lalu, padahal dunia terus berubah
dengan cepatnya.